Senin, 03 November 2008

jerit pilu seorang pelacur

Andai aku hidup sendiri, tidak ada nama keluarga dibelakang namaku…

andai aku tidak punya teman yang sok mempedulikanku….

Aku dengan bangga akan mengatakan kalau dialah pendampingku, dia yang nanti akan mengurusi calon anak-anakku….

Persetan dengan omongan orang yang mengatakan dia mantan PELACUR,
akan aku tunjukkan pada mereka kalau aku bukan pengecut, aku bisa merubah seorang bispak atau pelacur menjadi perempuan terhormat….

Aku bisa mengangkat muka seorang pelacur yang tertunduk karena malu, menjadi lebih terhormat dan berani mendongakkan wajahnya…..

Dan aku, dengan keyakinanku akan menagih janji-janji tuhan karena sudah berhasil mengangkat derajat seseorang…..

Tapi mereka tidak akan pernah mengerti….

Mereka terlalu egois untuk menerima seorang mantan pelacur masuk kedalam lingkungannya,
meskipun aku mengatakan lebih baik mantan orang jahat, daripada bekas orang baik…

Dengan berbagai alasan dan norma-norma yang mereka pakai, mereka tetap tidak akan mau peduli.

INI SUNGGUH TIDAK ADIL…..!!!!!!!!,

dia juga punya hak untuk bertobat. Dia juga ingin hidup layak seperti manusia-manusia yang lain.

_____________________________t o m my______________________________


Kuayunkan langkahku yang gontai tanpa tujuan pasti, menyusuri trotoar jalan yang seolah tidak berujung demi menghilangkan jenuh yang semakin menggebu….. aku terus melangkah sambil memperhatikan setiap graffity yang tertulis disisi kiriku, coretan-coretan ditembok kota itu seperti menggambarkan tentang carut dan busuknya kehidupan ini. Masih terngiang diotakku ketika seorang teman bercerita tentang seorang siswi yang menjadi bispak, pereks, pelacur atau apalah istilah buat mereka.., meskipun sering aku dengar cerita-cerita tentang pelacuran dibawah umur dari berbagai media tapi aku belum pernah membuktikan keberadaan mereka secara langsung. Wajah temanku masih terbayang ketika dengan semangatnya dia menceritakan kemolekan dan kecantikan siswi tersebut, yang memaksaku untuk mencatat nomer hapenya… ada banyak pertanyaan yang membuatku gelisah untuk tahu jawabannya, sebrengsek itukah pergaulan anak sekolahan dikota yang aku tempati ini, sebebas itukah melakukan transaksi dosa demi mendapatkan lembaran-lembaran rupiah…? padahal usia mereka masih belia…!!!!, kemana komite perlindungan anak Indonesia (KPAI) yang biasanya “sok” jagoan kalau ada masalah yang terekspose dimedia..? apakah mereka tidak layak untuk dilindungi…?, apakah yang layak dilindungi itu hanya anak artis atau pejabat..? atau KPAI hanya bisa melarang seseorang bahagia karena kawin muda agar mereka menjadi pelacur dan menghempaskan mereka kelembah paling hina..???, dunia ini memang gila. Aku harus tahu kenapa mereka menjadi pelacur, menyelami setiap sisi-sisi kehidupannya yang paling dalam hingga jawaban akhirnya terkuak.

Malam itu aku beranikan diri untuk menghubunginya, aku selalu dihantui perasaan gelisah untuk lebih tahu tentangnya, aku tidak memikirkan lagi bagaimana seandainya nanti kalau aku tergoda, yang terlintas dibenakku hanya ingin tahu dia… inisialnya PR, ketika pertama kali mendengar suaranya hatiku bergetar, seperti ada kepedihan yang dia sembunyikan ketika aku mengajaknya bertemu dengan imbalan rupiah, dia seperti enggan menerima tapi harus menyanggupinya… kami sepakat untuk bertemu di parkiran basement dieng plasa malang, jam tujuh malam, aku disuruh menunggunya apabila dalam sepuluh menit dia tidak muncul berarti dia tidak datang dan aku disarankan pulang. (aku menyanggupinya)

Jam tujuh malam aku sudah berada ditempat yang telah kami sepakati untuk bertemu, aku kabari posisiku dan plat nomer mobilku tapi dia belum menghampiriku juga, aku ingat kata-katanya “kalau aku tidak datang dalam sepuluh menit kamu pulang saja, berarti aku tidak datang” aku ingat juga kata-kata temanku kalau PR selektif memilih pasangan dan tidak semua orang dilayani oleh dia. Apakah dia sekarang memperhatikanku, menilaiku dan meninggalkanku apabila aku tidak sesuai dengan kreterianya, lagi pula dia tidak mengenalku… aku jadi yakin kalau sekarang dia sedang memperhatikanku, tapi dimana dia..? aku keluar dari mobilku berdiri dan memperhatikan semua yang ada disekelilingku, jangan-jangan itu atau ini… atau mungkin yang diseberang sana… , aku mulai pusing ketika tiba-tiba ada seseorang yang menepuk pundakku dari belakang sambil menyebut namaku

“kamu tommy yah…?”, ups… aku kaget dan menoleh keasal suara dibelakangku, wow… sesosok gadis cantik dengan rambut lurus terurai panjang berdiri didepanku, aku perhatikan setiap lekuk tubuhnya dari ujung rambut sampai keujung kaki, dari bawah sampai keatas lagi, tanpa sedikitpun terlewatkan, matanya berbinar dengan indah seperti hendak menarik setiap benda yang dia lihat, hidungnya mancung, bibirnya merah merekah tanpa dipoles oleh pewarna dan bodynya, ugh… seksi sekali sangat serasi dengan postur tubuhnya yang lansing, apakah orang ini yang aku tunggu, mungkinkah dia anak sekolahan, atau mungkin dia cuma salah orang…

“hey… napa bengong” dia tersenyum sambil memperlihatkan barisan giginya yang tertata dengan rapi, lagi-lagi aku dibuat terpesona olehnya, aku mengangguk dan menggaruk kepalaku yang tidak gatal sambil cengar-cengir, berusaha menguasai keadaan….

Kami melaju keluar, lama kami terdiam dengan pikiran masing-masing, aku berusaha mencari kata yang tepat untuk memecah kesunyian itu tapi semakin aku cari semakin susah aku menemukan kata-kata yang tepat untuk aku ungkapkan hingga akhirnya dia memecah kebekuan antara kami.

“kamu bawa pengaman… maksutku, kamu bawa kondom” ketika dia mengucapkan kalimat itu dia menunduk sambil melirikku… jantungku seperti berdetak lebih kencang dari biasanya, darahku mengalir lebih deras kekepalaku, dan keringat dingin mulai keluar dari badanku… aku masih normal, bahkan sangat normal untuk ukuran manusia, pikiranku sudah kacau… aku ambil nafas dalam-dalam berusaha melawan irama nakal yang mengganggu otakku, mencoba menepis setiap bisikan yang menggodaku untuk melampiaskan hasratku..

“nanti aja kita bicarakan masalah itu, kita cari makan aja dulu… tapi tenang aja setiap waktu yang kamu pakai untukku nanti aku ganti kok.” Kamipun sampai dirumah makan yang kami tuju, kami melangkah kesudut ruangan mencari tempat duduk yang agak jauh dari orang lain, aku lihat beberapa pasang mata memperhatikan PR, tatapan nakal dari laki-laki rakus untuk membelai, matanya seperti srigala kelaparan yang ingin melumat habis semua yang ada pada PR. Lama kami mengobrol dan sepertinya dia tidak kaku lagi denganku sesekali dia tertawa dan mencubitku (wow… ga sakit ko) apabila aku menggodanya dengan cerita-cerita konyol yang bikin dia tertawa lepas, kadang aku menggodanya dengan sedikit nakal dan dia membalasnya dengan cerita-cerita nakal… setelah aku merasa dia nyaman berada disisiku, aku mengajaknya pulang dan dia sudah mulai berani nemegang erat lenganku ketika kami beranjak keluar….
Diperjalanan lagi-lagi aku dihantui oleh gejolak yang terbakar nafsu, ada pertentangan dijiwaku antara hitam dan putih antara baik dan buruk antara bisikan iblis dan malaikat yang akan menentukan langkahku selanjutnya.. berulang kali aku melirik kesampingku, gaunnya sedikit tebuka memperlihatkan belahan didadanya, disatu sisi aku ingin membelokkan mobilku kehotel untuk melampiaskan nafsu bejatku yang begitu menggebu, disatu sisi yang lain aku takut melakukannya, itu hanya nafsu sesaat yang akan mendatangkan penyesalan yang panjang. Apa yang harus aku lakukan…???, otot-ototku mulai terasa tegang dan perasaan takut yang aneh menyelimutiku… dalam hati aku berbisik untuk mengucap sebaris doa

“tuhan… lindungi aku seperti halnya kamu melindungi nabi yusuf ketika zulaikha merayunya untuk melakukan perbuatan yang kamu benci, karena sesungguhnya nabi yusufpun akan tergoda jika seandainya engkau tidak melindungi nafsunya… apalagi aku” dan setelah mengambil nafas panjang akhirnya keluar juga kata-kata dariku

“aku antar kamu pulang ya…” aku paksakan untuk mengucap kalimat tersebut, membuang satu kesempatan yang diinginkan oleh sebagian besar kaum adam..

“lho… bukannya kita mau…” lirih dia mengucapkan kalimat itu

“malam ini ketika bersama kamu, aku menikmatinya…. Salah satu malam terindah yang pernah aku lewati dan aku tidak mau mengotori dengan hal lain yang menurutku tidak begitu penting” aku berusaha memotong kata-kata PR sebelum dia mengucapkan yang dia maksut, dia tertunduk.. entah apa yang ada dibenaknya, mungkin dia sedang menilai dan meraba –raba tentang aku, dan membandingkannya dengan yang lain yang pernah dia kenal… entahlah

“antar aku ketempat pertama kita bertemu”aku menghargai permintaannya berusaha untuk tidak memaksa mengantar kerumahnya , mungkin dia takut ketahuan siapa sebenarnya dia.. dan setelah sampai ketempat tujuan, kembali aku mengucapkan kata yang berat untuk diutarakan…

“aku tahu kamu butuh uang… dan aku tahu malam ini waktu kamu banyak terpakai untukku berapa aku harus membayarmu“ berat rasanya mengucapkan kalimat itu, sambil mengambil dompet disaku celanaku aku melirik kearahnya.. dia semakin tertuntuk seolah menahan sesuatu yang ingin meledak, ada guratan sedih yang tampak dari sudut wajahnya… matanya mulai berkaca-kaca dan dengan senyum yang dipaksakan dia mulai berkata pelan..

“maaf… aku ga bisa terima itu dari kamu, kamu sudah membuatku banyak tersenyum hari ini, kamu menghargaiku sebagai seorang perempuan, dan seorang teman, itu sudah cukup bagiku, makasih banyak tom…malam ini aku benar-benar merasa sebagai seorang manusia, seorang wanita yang bisa mendongak bangga menantang setiap mata yang ingin menelanjangiku…” ketika mengucapkan itu butiran-butiran bening mengalir dari sudut matanya yang indah. ….(gila juga yah.. menghadapi cewek bispak aja sampai kaya gitu, padahal andai aku mau, kita check-in… “grasa-grusu” bayar dan.. selesai.)

Setelah pertemuan pertama, hari-hariku selanjutnya selalu dihantui oleh wajahnya… sosoknya yang masih belia tapi anggun tidak menggambarkan kalau dia sebenarnya anak sekolahan, pemikirannya sangat cerdas meskipun usianya muda, mungkin karena sudah banyak pengalaman yang dia dapat dari kerasnya hidup ini. Dia sangat berbeda dari yang aku kira sebelumnya, dulu aku berfikir kalau PR adalah type cewek glamour, yang serba cuek gaya bicara, sosok yang ganjen endel atau apalah yang berhubungan dengan bispak… tapi aku salah, ada apa dengan dia..??, kenapa dia menjadi pelacur..??, apa faktor yang menyebabkan dia terjerumus kelembah hina itu..??

Sampai hari ketiga aku masih belum bisa melupakan dia, wajahnya seperti menari-nari diujung kepalaku.. aku rindu, aku ingin melihat senyumnya, menikmati gerak bibir tipisnya, mendekapnya dan melindungi dari setiap tatapan beringas laki-laki,

“sayang sekali dia bispak.. “ batinku lirih mencoba memprotes semua yang aku anggap sempurna. Ternyata benar kalau dijaman yang serba gila ini tidak ada manusia yang sempurna.. semua pasti mempunyai kelebihan dan dibalik kelebihan itu mereka pasti mempunyai kekurangan. Mungkin saja si A lebih cantik kalau dibandingkan si B, tapi belum tentu kalau si B lebih bersih hatinya dibandingkan si A, mungkin saja orang lain lebih kaya dari kita tapi belum tentu kalau kita lebih bahagia dari mereka… tuhan memang maha adil.. dan salah satu bentuk keadilan itu sekarang tergambar jelas dikehidupanku, betapa dibalik kesempurnaan dan kecantikan yang begitu indah ternyata dia seorang bispak, seorang pelacur yang jelas-jelas merupakan profesi paling hina yang divoniskan masyarakat kepada mereka. Tapi mereka memang ada disekitar kita, dilingkungan kita, bahkan mungkin tanpa kita sadari mereka adalah orang-orang dekat kita.

“Tapi mengapa harus dia yang masih muda..” kembali batinku berontak, terus memprotes ketidak adilan yang dia terima.., kenapa bukan mereka yang memang menikmati pekerjaannya. Aku semakin gelisah dan memaksaku untuk masuk lebih dalam lagi kekehidupannya.

Hari keempat dia belum juga menghubungiku, sebenarnya aku ingin sekali menghubunginya dan mengajaknya ketemuan lagi tapi keinginan itu aku tahan karena aku ingin tahu apakah dia benar-benar menikmati ketika berjalan denganku, atau dia hanya bersandiwara dengan semua ini, dan kalau memang dia menikmatinya dia pasti menghubungiku… aku sudah mengatur sedemikian rupa pada pertemuan pertamaku, berusaha agar dia nyaman didekatku, aku sudah mencoba menjadi sosok yang lain dari laki-laki yang pernah dia kenal, aku yakin dia pasti menghubungiku karena air mata itu tidak bohong ketika mengalir disudut pipinya, aku tidak terlalu bodoh untuk menilai raut muka seseorang ketika dia senang atau sedih. setiap kali hapeku berdering aku selalu yakin kalau itu dari dia, dan berakhir kekecewaan setelah tahu bukan dia yang menghubungiku…

Pada hari kelima jam sepuluh malam hapeku berdering, ternyata memang PR yang menghubungiku, aku ingin meloncat girang ketika ID dia terpampang dengan jelas dihapeku dan mengabarkan pada bintang-bintang, aku tahu saat-saat seperti ini akan tiba, tapi aku masih belum yakin, rasanya begitu tidak nyata, ingin kukumpulkan semua orang dan memperdengarkan setiap bait yang dia ucapkan, lama kami mengobrol.. dan diujung kalimat yang dia ungkapkan besok dia mengajakku ketemuan lagi.. (duh… senangnya) aku beranjak keluar mendongak kelangit sambil tersenyum bangga..

Pertemuanku yang kedua, aku berusaha berpenampilan beda dari kemarin, aku datang apa adanya, aku ingin lihat reaksinya, apakah sikapnya akan berubah terhadapku, apakah dia hanya melihat penampilanku…? aku ingin tau jawabannya,

“malam ini aku pake motor aku bawa helm dua, ga papa kan…?” aku kabari dia, berharap dia tidak kecewa,

“ ga papa kok.. kan bisa peluk kamu dari belakang” jawabannya mengobati sedikit kecemasanku, kecemasan kalau dia akan berubah. Tapi ini harus aku lakukan untuk membuktikan dari sekian banyak pertanyaan yang belum terjawab, jaket sudah aku pakai, dua helm sudah siap aku bawa dan… apalagi yang kurang , ow.. parfum, pewangi itu perlu untuk menciptakan suasana romantis, lagi pula sudah dua minggu jaketku belum aku cuci he he.... Semua sudah siap tinggal berangkat aku smsin lagi dia

“aku udah berangkat neh… takut dicap ngaret, lebih baek datang lebih awal daripada ntar diomelin...”,
“iyaa… aku juga udah berangkat, hati-hati dijalan yah..”. Motorku melaju cepat dijalan yang tidak ramai, aku mendongak kelangit, agaknya malam ini tidak akan hujan, langit begitu cerah, ribuan bintang seolah mengamatiku dengan seribu senyumnya, dan bulan.. bulan itu seolah akan berkata, berangkatlah menjemput mimpimu, cari jawaban dari setiap pertanyaan yang membuatmu gelisah. Aku tersenyum sendiri membayangkan kekonyolanku. tanpa aku sadari aku sudah tiba ditempat tujuan.
Belum sempat aku turun dari motorku, dia sudah ada didepanku tersenyum manis dengan lesung pipi yang indah, lagi-lagi aku lihat mata itu, mata yang tidak mungkin menyembunyikan kebohongan kalau dia sangat senang melihatku, mata yang kadang memperlihatkan kesedihan yang mendalam, mata memang tidak pernah bohong, selalu memperlihatkan bahasa tubuh dengan kejujuran…, meskipun sudah pernah aku lihat mahluk didepanku ini, tapi tetap saja aku dibuat terkagum-kagum oleh kecantikannya, malam itu dia terlihat lebih sederhana tapi sungguh lebih cantik dari kemarin, lebih alami dan apa adanya. Dia pakai kaos warna putih dan jeans pendek, rambutnya dibiarkan terurai, sesekali dia mengibaskan rambut yang menutupi matanya, aku masih tidak percaya kalau dia anak sekolahan postur tubuh dan gayanya seperti anak kuliahan atau paling tidak dia sudah bekerja. Aku memberikan helm pada dia sambil memberi isyarat dengankepala agar dia naik dibelakangku. Dia mengambil helm dan meloncat naik kesadel motor dibelakangku tangannya dengan erat dililitkan kepinggangku dan dengan nakal dia berbisik ditelingaku

“cepat bawa aku pergi bang.. ntar ongkosnya aku tambain dech”,

“enak aja.. emang aku tukang ojek” akhirnya kamipun melaju mengelilingi kota. Makin erat saja tangannya memeluk pinggangku, kepalanya disandarkan dengan pasrah dileherku desahan nafasnyapun terdengar jelas ditelingaku. Aku benar-benar menikmati malam itu..

Hari-hari berikutnya kami sudah sering jalan berdua, tapi masih saja aku belum bisa mengantarnya pulang kerumahnya, hingga pada suatu hari ditempat yang tenang dia benar-benar menceritakan semua kisah hidupnya padaku..

PR adalah anak pertama dari empat bersaudara, dia kelas dua SMK negeri, adeknya yang paling kecil masih berusia lima tahunan ayahnya hanya seorang supir truk yang jarang pulang, kadang tiga hari sekali, seminggu sekali bahkan kadang berminggu-minggu tidak pulang, ada yang bilang kalau ayahnya punya istri lagi, dan PR memang pernah memergoki ayahnya ketika berjalan dengan wanita lain, dia mengikuti ayahnya sampai ketempat wanita tersebut dan dari tetangga wanita tersebutlah PR tahu kalau wanita itu istri ayahnya. Meskipun tahu kelakuan ayahnya tapi PR tidak pernah sanggub untuk untuk menceritakan pada ibunya, sejak saat itu PR makin benci pada ayahnya, ayahnya juga seorang yang ringan tangan, dia sering memukuli ibunya kalau sedang marah. Dan ibunya seorang ibu rumah tangga biasa yang sangat sabar mengurus anak-anaknya,tidak pernah dia menuntut suaminya meskipun wajahnya lebam karena tamparan suaminya, didepan anak-anaknya dia selalu bersikap tegar, sehari-hari ibunya berjualan ditoko rumahnya yang sederhana. Ternyata PR seorang vokalis band, kadang dia berlatih bersama teman bandnya sepulang sekolah dan malamnya kalau ada job dia manggung dikafe-kafe atau acara lainnya, honor yang dia dapat dari menyanyi selalu dia sisihkan pada ibunya, ibunya tidak tahu kalau sebenarnya PR punya pekerjaan sampingan yang honornya jauh lebih tinggi, yang ibunya tahu anaknya kerja ngeband sama teman-temannya hingga larut malam bahkan tidak pulang. Lalu kenapa dia bisa menjadi bispak…?, apa hubungannya dengan semua ini…?

Pada suatu malam PR mendengar ayah dan ibunya bertengkar, makin lama suara mereka makin keras hingga adek-adeknya bangun dan menangis, PR keluar dari kamarnya dan melihat ayahnya mau menampar ibunya, dia berusaha melindungi ibunya hingga akhirnya dia sendiri yang kena tamparan ayahnya, badannya terhuyung kebelakang dan ayahnya kembali membentaknya, dia masuk kekamarnya dan menangis, dia sudah muak dengan keadaan rumahnya dan akhirnya dia pergi meninggalkan rumahnya karena tidak tahan dengan pertengkaran itu, yang ada dibenaknya dia ingin pergi sejauh-jauhnya dari rumah itu hingga akhirnya dia numpang dikosan temannya. Selama beberapa hari tinggal dikosan temannya dia berusaha melupakan beban yang dia tanggung, hampir setiap malam dia habiskan waktu ditempat clubbing hingga pada suatu malam ketika mereka clubbing PR minum sebanyak-banyaknya, dia ingin melupakan semua masalah yang ada dibenaknya, dan akhirnya dia benar-benar mabok dia tidak sadar apa yang terjadi selanjutnya.

Yang dia tahu saat itu dia bangun disebuah kamar hotel dengan tubuh terasa nyeri, semua badannya terasa lemas, sendi-sendi ototnya terasa sudah tidak berfungsi lagi, ketika dia melihat kebawah ada bercak darah diantara kedua pahanya. langit terasa runtuh, semua yang dilihat disekelilingnya seolah menjadi hitam, yah… dia sudah tidak perawan lagi tanpa tahu siapa yang melakukan semuanya, dia menangisi nasibnya.. menyalahkan dirinya.. menyalahkan keluarganya, dan menyalahkan tuhan karena dianggap sudah tidak adil lagi padanya, sejak saat itu dia benar-benar merasa tidak punya apa-apa lagi, tidak ada lagi yang bisa dia banggakan dalam hidupnya, dia merasa sudah hancur, hina dan sangat rendah. Dia semakin tidak perduli terhadap tubuhnya, selama dua bulan dia jerumuskan sendiri hidupnya menjadi bispak dengan tarif mahal, sebagai bentuk protes dari semua yang menimpa dirinya…

Akhirnya keluar juga pengakuan PR, Semua ia tumpahkan saat itu, sambil menahan isak yang tertahan dia berkata
“tidak satupun manusia yang bercita-cita menjadi pelacur, mungkin nasib yang memaksa kami melakukannya”

“jangan menyerah pada nasib P… lawan nasib itu jika kamu tidak merasa nyaman” aku mencoba menghiburnya dengan harapan, tubuhnya makin terguncang hingga tangisannya pecah dipelukanku.. dan kata-kata terakhir yang dia ucapkan dengan lirih..

“tuhan tidak adil memperlakukanku…” dia sudah tidak mampu lagi mengucapkan kata.. hanya tangisannya yang semakin pilu. Menangislah P… karena kita manusia, kita bisa terluka, kadang kita hanya bisa menangis.. dan kitapun bisa mengambil hikmah dari semua itu.

Setelah kejadian itu aku boleh mengantar PR pulang kerumahnya, mungkin karena sudah tidak ada lagi yang disembunyikan dari dia, dan aku makin sering datang kerumahnya, hingga akhirnya aku makin akrab dengan keluarganya… tapi aku tidak pernah bertemu dengan ayahnya, padahal aku ingin tahu seperti apa sosok ayahnya yang kejam itu, apakah dia seperti monster yang tinggi besar dengan kepala yang ada tanduknya dan menyeringai memperlihatkan barisan giginya yang bertaring, tapi tiap kali aku datang kerumahnya tetap tidak pernah kutemui tubuh itu, sosok ayahnya seperti mitos yang tak pernah ada meskipun cerita-cerita tentang dia sering diperdengarkan, dia seperti dongeng dari negeri khayalan untuk menidurkan seorang anak, tapi korbannya benar-benar nyata.

Hari terus berlalu dan waktu makin berputar… hari-harikupun penuh dengan PR, aku tidak tahu lagi apakah aku mencintainya, kasihan, atau hanya sebatas sayang. Perbedaannya sangat tipis aku tidak bisa mendefinisikan dari tiap-tiap kalimat tersebut.. tapi yang aku tahu aku merasa nyaman didekatnya.
Biarlah ini mengalir apa adanya.. mengalir jauh mengikuti irama waktu yang entah nanti sampai dimana, hingga suatu saat aku tahu dengan pasti ujung muara dari semuanya.
Aku sering menggodanya dengan kata-kata lucu, atau menceramahi dia bagai seorang pendeta yang serius membahas setiap bait-bait alkitab, medengungkan dan meyakinkan dia supaya berubah lebih baik, karena sebenarnya tuhan itu maha adil…

“kalau kita ingin mendapatkan yang terbaik kita harus menjadi orang baik, itu baru namanya adil, dan tuhan tidak mungkin bersikap tidak adil… karena kalau dia tidak adil berarti bukan tuhan namanya….”. sebenarnya sejak dia dekat denganku dia sudah berhenti menjadi pelacur, tapi kali ini dia ucapkan dengan sungguh-sungguh kalau dia benar-benar mau berubah dan berhenti menjadi pelacur, asal aku tidak meninggalkannya..

Dihari yang lain aku mengajaknya ke kesebuah kafe (LA caffe), dikafe ini setiap malam selalu ada life musicnya dan selalu berganti-ganti band tiap malamnya, setelah agak lama kami duduk sambil menikmati setiap lagu yang dinyanyikan akhirnya salah satu personel bandnya memanggil nama PR untuk naik keatas dan menyumbangkan suaranya. Sebenarnya aku yang mengatur semua itu, kebetulan band yang tampil malam itu salah satu personelnya saudaraku (IF), jadi ketika aku beri isyarat pada mereka, merekapun lansung memanggil PR. dia kaget tidak yakin kalau dirinya yang dipanggil, dia menoleh kebelakang, kesamping dan akhirnya kearahnya seolah meyakinkan dirinya kalau memang dirinya yang dipanggil, dia menunjuk kearahnya sendiri sambil melihat kearahku, aku mengangguk mengiyakan sambil tersenyum. Akhirnya dia naik keatas sambil mengancamku

“pasti ini ulah kamu, awas kamu nanti..”. Aku tertawa melihat PR yang memelototiku. meskipun aku tau dia seorang penyanyi tapi aku belum pernah mendengar dia bernyanyi . sudah lama aku ingin mendengar suaranya dan saat itulah aku bisa melihat dia bernyanyi.

Malam ini hujan sangat lebat, aku resah memikirkan yang telah terjadi antara aku dan dia, entah sudah berapa kali kami bertemu, tapi sosoknya terus menghanyutkan pikiranku, aku terkulai lemas tak berdaya tanpa pernah bisa melupakannya, aku sudah hanyut masuk terlalu dalam kekehidupannya terlena dan menari-nari dari setiap episode kehidupan dia tanpa pernah tau sampai kapan irama musik menghentikan tarianku, semakin lama nada-nada yang dimainkan semakin mengalun dengan indah dan aku semakin terbuai, terlena dan terbius oleh kehidupannya.
Apa yang aku cari sebenarnya, kalau hanya ingin tau kehidupannya aku sudah mendapatkannya, kalau cinta yang ingin aku raih dari dia mungkin aku tinggal menggapainya karena cinta itu sudah ada didepan mata, dan kalau cuma rasa kasihan karena ingin melihat dia berubah, dia sekarang sudah berubah dia sudah berhenti semenjak aku dekat dengannya.. lalu apalagi yang aku cari… mungkinkah pencarianku telah selesai dan lari meninggalkannya, semudah itukah.., malam semakin larut menyanyikan kidung-kidung sunyi tentang keresahanku, tentang bahasa cinta yang tak pernah bisa terlupakan, menghadirkan seribu tanya yang tak pernah terjawab, entah sampai kapan…,
Malam yang lain.............

malam itu langit cerah, jadi kami lebih leluasa untuk menikmati malam… aku mengambil sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam, aku lihat PR melirik kearahku saat aku menikmati sebatang rokok, lama dia melihatku dan akhirnya dia mengambil satu batang rokok juga, aku membakarkan rokok tersebut ketika sudah ada dibibirnya. dia sangat menikmati malam itu, dan disitulah dia mengungkapkan perasaannya padaku…

“aku mencintaimu tom…” aku tercengan tidak menyangka dia akan secepat ini mengungkapkan perasaannya, otakku aku putar lebih cepat untuk mencari jawaban yang tepat dari pertanyaannya

“apa yang membuatmu jatuh cinta padaku..”

“banyak tom… hampir semua yang ada pada kamu yang menyebabkan aku jatuh cinta padamu..”

“contohnya” aku mendesaknya supaya memberi alasan yang meyakinkanku kalau dia benar-benar cinta padaku.

“dari yang sederhana saja kamu sudah membuatku terkagum-kagum pada sikapmu, Misalnya seperti yang baru saja kamu lakukan terhadapku. Aku tau kamu tidak pernah suka melihatku merokok, tapi ketika rokok sudah ada dibibirku kamu berusaha membakarkan rokokku…. “

aku mengerti maksutnya, aku memang tidak pernah suka melihat dia merokok, dan aku tau kalau sebenarnya dia juga tidak ingin merokok didepanku, tapi ketika dia mengambil rokok itu dan menyelipkan dibibirnya, berarti dia benar-benar sudah tidak kuat lagi untuk tidak merokok, karena itu aku berusaha membakarkan rokoknya.., aku juga tidak pernah suka melihat dia keluar malam meskipun itu untuk ngeband, tapi ketika dia sudah keluar malam aku selalu berusaha untuk menemaninya atau menjemputnya. mungkin ini yang disebut saling pengertian atau saling menghargai. Aku mengangguk pada dia tanpa berani menjawab ungkapan perasaannya. Tapi dia kembali bertanya tentang perasaanku padanya… aku jelaskan padanya kalau aku senang berada didekatnya, aku suka kalau bersama dia, dan aku selalu rindu ketika lama tidak melihatnya… apa itu yang namanya cinta aku tidak tau, terserah dia mengartikan sendiri kata-kata itu, aku tidak mau terjebak dengan kalimat cinta, aku belum siap.

“aku tidak ingin memaksamu untuk menjawab sekarang… aku beri waktu kamu tiga hari untuk berfikir, mau dibawa kemana hubungan kita ini, aku juga sadar tentang keadaanku.. jadi apapun keputusan kamu nanti, aku pasti menerimanya… tiga hari lagi kita kesini untuk membicarakannya.” Rupanya dia mengerti kalau aku masih bingung dia memberiku waktu tiga hari untuk berfikir tentang perasaanku padanya.

Lama aku merenung, berusaha mencari keputusan dari pilihan yang sangat sulit. Andai aku hidup sendiri, tidak ada nama keluarga dibelakang namaku… andai aku tidak punya teman yang sok mempedulikanku.
Aku dengan bangga akan mengatakan kalau dia pendampingku, dia yang nanti akan mengurusi calon anak-anakku. Persetan dengan omongan orang yang mengatakan dia mantan pelacur, akan aku tunjukkan pada mereka kalau aku bukan pengecut, aku bisa merubah seorang bispak atau pelacur menjadi perempuan terhormat.
Aku bisa mengangkat muka seorang pelacur yang tertunduk karena malu, menjadi lebih terhormat dan berani mendongakkan wajahnya.
Dan aku dengan keyakinanku akan menagih janji-janji tuhan karena sudah berhasil mengangkat derajat seseorang.
Tapi mereka tidak akan pernah mengerti….
Mereka terlalu egois untuk menerima seorang mantan pelacur masuk kedalam lingkungannya, meskipun aku mengatakan lebih baik mantan orang jahat, daripada bekas orang baik. dengan berbagai alasan dan norma-norma yang mereka pakai, mereka tetap tidak akan mau peduli.
INI SUNGGUH TIDAK ADIL…..!!!!!!!!, dia juga punya hak untuk bertobat.
Dia juga ingin hidup layak seperti manusia-manusia yang lain.
Tapi jika aku meninggalkannya, berarti aku mengorbankan perasaanku sendiri, hanya demi gengsi. Dan Dia akan terluka karena selama ini aku selalu memberinya harapan-harapan. Sikapku selalu menjanjikan mimpi-mimpi yang indah untuknya. Dia pasti kecewa dan melampiaskan kekecewaannya kepada dunia lamanya. Bagaimana kalau dia kembali menjadi bispak…???. Sungguh ini pilihan yang sulit untukku. Aku bingung… kalau aku menolaknya aku takut dia akan berubah lagi, bukankah cinta bisa merubah karakter seseorang dari baik menjadi jahat, dan dari jahat bisa menjadi lebih baik.. PR bisa berubah karena cinta, cinta kadang tidak rasional..
Aku ingin mengutuk diriku sendiri karena terlalu takut untuk mengambil satu keputusan. Aku terlalu rakus karena tidak ingin kehilangan dia, tapi terlalu pengecut untuk memilikinya…

Aku sangat mencintainya aku tidak ingin kehilangan dia. Andai aku mampu, aku ingin memutar waktu dan kembali pada saat PR belum menjadi pelacur… aku akan jaga dia, mendampinginya hingga dia tidak sempat menjadi pelacur tapi itu tidak mungkin, andai bisa.. aku inginmembawanya pergi jauh kesebuah pulau yang tidak berpenghuni, hingga tidak ada seorangpun yang kami temui disana. Kami akan hidup bersama sampai ajal kelak memisahkan kami. tapi ini bukan roman picisan seperti yang ada disetiap sinetron atau cerita-cerita pendek, yang dengan mudahnya dapat mengambil satu keputusan yang sulit, kemudian dapat mengakhirinya dengan kebahagiaan.

Akhirnya sampai pada hari ketiga, aku membawa dia ketempat kami dulu berjanji. Aku tidak mampu berkata apa-apa, aku hanya diam hingga akhirnya dia bercerita lebih dulu. Dia akan menerima setiap keputusan yang akan aku pilih, apapun keputusannya. Dia juga berkata bahwa dirinya tidak pantas berharap lebih dariku. Dia menyadari kalau mantan bispak. Dia hanya terlalu takut untuk kehilanganku. Dia ingin setiap saat bisa berbaring dipelukanku kalau dia lelah, dia ingin bersandar didadaku jika tidak tahan lagi menahan masalah yang menimpanya, dan dia ingin aku membelainya dengan cerita-cerita lucu yang membuat dia tersenyum. Karena hanya aku satu-satunya yang mampu mengerti dia, aku selalu menjaganya, selalu memperlakukan dia sebagai perempuan bukan sebagai pelacur.
Dia menangis ketika mengucapkan kata-kata itu.. aku tau masih banyak yang ingin dia katakan padaku.. tapi dia sudah tidak sanggub lagi bercerita, hanya isak yang terdengar darinya. Aku meraihnya dan mendekapnya dipelukanku. Aku katakan pada dia kalau aku juga sangat mencintainya, selalu ada tempat dihatiku untuk dia sandari, tapi aku belum siap untuk lebih jauh lagi. aku tidak mau berjanji, karena aku takut mengingkarinya. dia berusaha menghapus airmatanya, dan dengan senyum yang dipaksakan dia bilang sudah mengerti semuanya. Dia bisa menerimanya dan mencoba untuk tidak terlalu berharap padaku, dia juga bilang lebih baik tahu sekarang tentang perasaanku, daripada nanti ketika dia sudah benar-benar tegantung padaku.

Sejak kejadian itu dia makin jauh… satu alasan yang aku terima ketika kami makin jarang bertemu. Dia tidak ingin selalu tergantung padaku jika nanti suatu saat aku pasti meninggalkannya, saat ini saja dia merasa sakit ketika jauh dariku, apalagi nanti……. Jadi sebelum semuanya benar-benar terlambat dia ingin memulainya dari sekarang, secara berlahan, kami benar-benar makin jauh… jauh…. Dan jauh lagi, hingga akhirnya benar-benar sangat jauh.


___________cerita ini resensi dari kisah PR yang berbentuk novel.. (masih nyantol dipenerbit, doain bisa diterima yah) PR sekarang bekerja di “EO” yang ada dimalang, meskipun jarang.. tapi kami masih berhubungan, dia sudah berhenti menjadi pelacur.. _________

Tidak ada komentar:

Posting Komentar